Selasa, 25 Juni 2013

KERIPIK PUCUNG

Mengkonsumsi makanan berupa cemilan setiap hari merupakan pola makan yang ideal dan menyehatkan karena dapat mempertahankan kestabilan kadar gula darah dalam tubuh. Namun, demi kesehatan juga kita harus pintar dalam memilih cemilan yang tidak merugikan bagi kesehatan. saat ini di pasaran banyak beredar jenis makanan ringan yang menawarkan beberapa rasa dengan berbagai variasi. Kebanyakan makanan ringan yang beredar adalah makanan yang mengandung zat pewarna dan penyedap rasa seperti vetsin. Hal ini bisa berdampak fatal, karena
bahan-bahan aditif tersebut dapat merusak kesehatan manusia. Akan tetapi, saat ini telah banyak muncul pula makanan yang memanfaatkan bahan-bahan alami misalnya dari bagian-bagian tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai makanan atau cemilan yang alami dan sehat. Salah satu cemilan alami tersebut adalah kripik pucung (Pangium edule Reinw) yang dibuat oleh mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Reni Agustina dari prodi pendidikan IPA dan Rita Wahyu Kartikasari dari jurusan pendidikan fisika. Keberadaan kripik pucung di masyarakat belum begitu dikenal bahkan asing karena cemilan ini merupakan sesuatu yang baru, original karena bahan dasarnya menggunakan biji buah pucung. Buah pucung hampir sama seperti kluwih atau sejenis nangka tapi ukurannya lebih kecil. Buah pucung ini oleh masyarakat biasa dikenal sebagai kluwak. Kluwak adalah biji buah pucung yang berwarna hitam karena setelah direbus disimpan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pucung yang digunakan untuk membuat keripik adalah bagian daging biji pucung yang tidak disimpan setelah direbus, sehingga berwarna putih dan ada juga yang berwarna coklat muda. “Biasanya pucung atau kluwak ini hanya dijadikan sebagai bumbu dalam pembuatan rawon dan pindang, oleh sebab itu kami mencoba untuk mengolahnya menjadi makanan yang lebih menarik dan memiliki nilai jual” kata Reni Agustina, “Kluwak adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar yang biasa dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna hitam pada rawon, daging bumbu kluwak, brongkos, serta sup konro. Bijinya memiliki salut biji yang bisa dimakan namun bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi, jika dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing.” lanjutnya. Rita Wahyu Kartikasari menjelaskan cara pembuatannya, pertama kali siapkan biji buah yang telah dibersihkan dari daging buahnya kemudian biji pucung direbus sampai matang lalu membuka cangkang biji pucung dan merendamnya dalam air bersih selama 3-4 hari agar racun asam sianida hilang. Memotong daging biji pucung menjadi tipis bentuk memanjang. Melumuri daging biji pucung dalam bumbu kemudian diamkan kurang lebih selama 3 menit dan jangan terlalu lama agar daging biji pucung tidak hancur. Daging biji pucung yang sudah dilumuri bumbu digoreng dalam minyak yang telah panas sampai berwarna kuning kecoklatan dan ditiriskan dari minyak dan tunggu sampai dingin lalu diberi bumbu tambahan aneka jenis rasa seperti rasa coklat, pedas, gurih, dan lain-lain. Kripik pucung lalu dikemas dan siap dipasarkan. “Kelebihan dari keripik ini adalah enak, gurih, renyah serta alami dari bahan dasar yang unik. Selain itu kripik pucung dilengkapi dengan berbagai cita rasa yang semakin memikat untuk dicicipi, bahkan dari segi kehalalannya tidak perlu diragukan.” ungkap Rita ”Kluwak atau pucung ini mengandung vitamin C, ion besi, betakaroten, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, tanin dan asam sianida yang bersifat racun, mudah menguap pada suhu 26 derajat celcius tetapi aman untuk pengawetan ikan”
@sumber : http://fmipa.uny.ac.id/berita/kripik-biji-pucung.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar